Minggu, 05 Oktober 2014

CONTOH Proposal Skripsi ( dari conto )

Latar Belakang Belajar merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan semua orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah berupaya untuk meningkatkan dunia pendidikan. Hal yang harus dilakukan oleh dunia pendidikan tentunya harus mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif, mampu memecahkan persoalan-persoalan yang aktual dalam kehidupan dan mampu menghasilkan teknologi baru yang merupakan perbaikan dari sebelumnya. Untuk dapat menciptakan teknologi baru dan agar tidak terbelakang dari dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta mempersiapkan sumber daya manusia yang kreatif dalam memecahkan persoalan-persoalan aktual kehidupan, maka peranan fisika sangat penting bahkan dapat dikatakan teknologi takkan ada tanpa fisika. Oleh karena itu penguasaan suatu konsep fisika sangat penting dalam mendukung hal tersebut. Dalam belajar fisika hendaknya fakta konsep dan prinsip-prinsip fakta tidak diterima secara prosedural tanpa pemahaman dan penalaran. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka. Pengetahuan atau pengertian dibentuk oleh siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka. Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah menunjukkan suatu pergeseran ke arah paradigma konstruktivis. Berkenaan dengan pembelajaran konstruktivis, tugas seorang guru adalah menyediakan atau memberikan kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasan-gagasan mereka serta mengkomunikasikan ide ilmiah mereka. Jadi peranan guru dalam pembelajaran adalah mediator dan fasilitator dalam pembentukan pengetahuan dan pemahaman siswa (Suparno, 1997:65). Untuk mendukung hal itu, para pakar pendidikan telah mengembangkan berbagai sistem pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya adalah pembelajaran dengan pendekatan problem posing. Problem posing (pengajuan soal) adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis, berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hapalan yang cenderung mematikan daya nalar dan kreativitas berpikir anak (Hudojo, 1998). Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan manfaat dari pembelajaran problem posing, problem posing merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pembelajaran fisika yang dapat mengaktifkan siswa, mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah serta menimbulkan sikap positif terhadap fisika. Membiasakan siswa dalam merumuskan, menghadapi dan menyelesaikan soal merupakan salah satu cara untuk mencapai penguasaan suatu konsep akan menjadi lebih baik. Hal ini sejalan dengan pendapat aliran Behaviorisme yang menyatakan bahwa untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dapat dilakukan dengan cara mengulang-ulang masalah yang disampaikan (Hudojo, 1988:32). Dikaitkan dengan pengertian fisika sebagai bagian dari IPA, model pembelajaran dengan problem posing berbasis aktivitas ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran fisika. Hal ini karena problem posing berbasis aktivitas lebih menekankan pada keaktifan siswa dalam belajar, siswa terlebih dahulu mengadakan kegiatan-kegiatan di laboratorium yaitu proses mengamati, mencatat hasil pengamatan, menganalisis dan menyimpulkan kegiatan praktikum yang telah dirancang oleh guru. Hal itu akan lebih membuat belajar fisika menjadi menyenangkan dan lebih berkesan, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Fisika merupakan generalisasi dari gejala alam yang tidak perlu dihapal tetapi perlu dimengerti, dipahami dan diterapkan. Pada tingkat SLTP dan SMU, strategi pengajuan soal selaras dengan tujuan khusus pengajaran yaitu agar siswa dapat mempunyai pandangan luas dan mempunyai sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin serta menghargai kegunaan fisika. Dalam pembelajaran, guru hendaknya memilih strategi yang melibatkan siswa baik secara mental, fisik maupun sosial. Jika dilihat dari kenyataan yang ada di lapangan, bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan di SMUN I Banjarmasin, lebih didominasi oleh pembelajaran konvensional. Siswa cenderung pasif karena mereka hanya menerima materi dan latihan soal dari guru, hal itu tidak cukup mendukung penguasaan terhadap konsep fisika menjadi lebih baik. Masih rendahnya penguasaan terhadap konsep fisika ditandai oleh nilai prestasi fisika siswa yang masih rendah. Dengan bertolak dari uraian di atas, maka penelitian tentang pendekatan problem posing terhadap prestasi belajar fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Manakah prestasi belajar fisika siswa yang lebih tinggi antara siswa yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional ? Bagaimana kemampuan siswa dalam merumuskan soal bagi kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas ? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui manakah prestasi belajar fisika yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam merumuskan soal pada kelas yang diajar dengan pendekatan problem posing berbasis aktivitas. Hipotesis Penelitian Untuk menjawab permasalahan di atas, perlu diajukan jawaban sementara melalui hipotesis yaitu prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan problem posing berbasis aktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar fisika siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : Pendidik atau calon pendidik: hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang model pembelajaran dalam pembelajaran fisika yang tepat sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses belajar mengajar di sekolah sehingga prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Lembaga pendidikan: guna memberikan informasi awal dan bahan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kondisi objektif di lapangan bagi pihak-pihak tertentu yang bermaksud mengembangkan atau melakukan penelitian serupa di tempat lain. Asumsi Penelitian Sebagai landasan dalam penelitian ini maka asumsi yang digunakan yaitu : Nilai pre-test siswa menggambarkan nilai kemampuan awal siswa. Kondisi fisiologis (misalnya keadaan fisik, sarana dan prasarana belajar di rumah serta latar belakang orang tua) dan kondisi psikologis siswa (misalnya motivasi, minat dan bakat) dianggap tidak berpengaruh dalam penelitian ini. Responden dalam mengisi tes prestasi belajar fisika tidak dalam keadaan terpaksa, mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan jujur, sehingga hasil tes benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang dicapai siswa. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan hasil penelitian, maka perlu adanya batasan istilah sebagai berikut. Prestasi belajar fisika adalah besarnya skor tes fisika yang dicapai siswa setelah mendapat perlakuan selama proses pembelajaran berlangsung. Problem Posing adalah perumusan masalah (soal) yaitu siswa diarahkan untuk membuat soalnya sendiri. Problem posing ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kegiatan merumuskan soal yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal. Pendekatan konvensional adalah suatu pendekatan pembelajaran yang terpusat Berbasis aktivitas yaitu tugas melaksanakan percobaan yang harus dilakukan oleh siswa baik secara pribadi maupun kelompok.

Jumat, 03 Oktober 2014

SAKIT

Assalamu’alaikum wrwb. Sakit yaitu perasaan yang tidak disukai makluk hidup baik oleh pikiran/perasaan ( kiasan ) dan dirasakan oleh jaringan tubuh ( nyata ) yang terkena yang dikirimkan ke otak dan otak memerintah syaraf rasa sakit. Jadi menurut saya rasa sakit digolongkan jadi masalah 1. Sakit rasa kiasan/semu ; yaitu sakit yang ada dipikiran karena menerima informasi yang tidak disenangi lalu tersimpan dipikiran dalam otak sehingga saat ingat atau mememori lagi ingatan tersebut perasaan emosional pikiran berjalan bila berlebihan otak akan bergejolak alias memberontak sehngga sering ada orang yang histeris memarahi diri sendiri atau ke yang lain atau bahkan seribu bahasa diam dan diam alias stress karena telah terluka pikiran yang sering disebut luka hatinya, mungkin karena difitnah, didholimi, dibohongi, dicungi. dsb. Sakit hati ini lebih berbahaya dari pada sakit fisik ada pepatah lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati. Jalan satu-satunya menghibur diri dengan kegiatan yang positip misal pengajian dan olah raga atau bacaan serta totontonan misal nonton berita, lawak yang melupakan ingatan yang menyakitkan, Saat inikegiatan tersebut sering disebut kuliner atara lain kuliner religi, kuliner makanan, kuliner ilmu, kuliner olah raga dsb. 2. Sakit rasa nyata ; yaitu sakit yang betul-betul nyata alias sakit fisik yang dapat dilihat oleh mata misalnya sakit pada anggota tubuh yang karena sesuatu misal kecelakaan, tangan luka berdarah dsb. Jenis sakit ini dari yang ringan sampai yang berat dari sakit panu sampai sakit amputasi. dan jenis sakit ini orang berusaha menemukan obatnya dari obat panu sampai obat anti rasa saat meampusi bagian tubuh yang harus diamputasi. sakit yang termasuk bakteri dan virus juga termasuk sakit fisik karena tubuh dimakan oler bakteri atau virus tersebut dan cara mengobati juga sudah diusahakan dari dulu. Sakit nyata ini karena penyiksaan, kekerasan dan karena wabah penyakit. Sekarang cara mengobati sakit yang nyata ini banyak orang ke dokter atau rumah sakit agar sembuh dari sakit. Serta banyak anjuran hidup sehat dengan makanan sehat dengan kata-kata lebih baik menjaga kesehatan dari pada sakit. Dari kedua ulasan sakit baik sakit kiasan atau sakit nyata tersebut penulis hanya mereka-reka menurut penulis rasakan selama hidup manusia, mungkit rasa sakit oleh makluk lain tentunya lain ceritanya, bila ada salah dimaklumi karena hanya pikiran sendiri, mudahan bermanfaat. dengan kata mutiara ‘ujung lidah lebih tajam daripada ujung mata pedang ‘ atau ‘fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan’ yang tentunya bila diulas sakit hati lebih parah dari pada sakit fisik. Demikian ulasanku, wassalam